Kebun Cijangkar (Sukabumi) |
Budidaya tanaman kayu-kayuan khususnya di Pulau Jawa mengalami berbagai kendala.Ketersediaan lahan yang tebatas merupakan salah satu kendala utama.Lahan yang tersedia lebih intensif digunakan sebagai lahan pertanian dibandingkan sebagai lahan hutan rakyat.Pertanian merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan bagi sebagian masyarakat karena merupakan mata pencaharian utama.Agar bisa membudidayakan tanaman kayu-kayuan maka perlu dilakukan metode penanaman dengan sistem tumpangsari yang dapat menggabungkan antara tanaman pertanian dan tanaman kayu-kayuan pada suatu lahan secara bersamaan.Tanaman tumpangsari disebut juga dengan tanaman sela.Dengan dilakukannya sistem penanaman tumpangsari dapat meningkatkan penghasilan yang diperoleh.Umumnya tanaman kayu-kayuan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan kayu, oleh karena itu dengan adanya tanaman tumpangsari petani bisa mendapatkan penghasilan dari panen tanaman tumpangsari/sela yang umumnya merupakan tanaman semusim.
Di areal kebun Cijangkar seluas 15 hektar akan dilakukan penanaman dengan pola tanam tumpang sari dengan tanaman inti adalah komoditas sengon (Paraserianthes falcataria) dan komoditas cabai keriting serta tomat sebagai tanaman tumpangsari. Luas areal yang akan ditanami sengon adalah 13,5 hektar dengan luasan tumpangsari 7 hektar. Sisa lahan seluas 1,5 hektar direncanakan untuk ditanami khusus komoditas tumpangsari.
Komoditas sengon (Paraserianthes falcataria) banyak dipilih oleh masyarakat karena merupakan jenis tanaman yang sangat baik di tanam di areal hutan rakyat karena memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan jenis-jenis tumbuhan kayu lainnya dan umur tebangnya yang relatif muda. Komoditas sengon di kebun cijangkar ini akan ditanam dengan jarak 2,5 m x 2 m sehingga terdapat populasi sebanyak ± 2000 pohon pada tiap hektarnya. Sengon direncanakan akan dipanen dua tahap, yaitu pada tahun ke-3 saat penjarangan dan pada tahun ke-6 saat panen akhir.
Komoditas cabai keriting dan tomat merupakan tanaman semusim yang baru dapat dipanen saat berumur 3 bulan setelah tanam.Cabai memiliki masa produktif selama kurang lebih 6 bulan. Cabai akan ditanam diantara sengon dengan jarak 60 cm x 60 cm yang dalam 1 hektar terdapat ± 10. 000 tanaman.Populasi cabai yang terdapat pada lahan tumpangsari seluas 7 hektar adalah sebanyak ± 110.000 tanaman. Untuk komoditas tomat ditanam diantara cabai yang dalam 1 hektarnya terdapat ± 5.000 tanaman sehingga populasi dalam luasan 7 hektar sebanyak ± 55.000 tanaman. Jumlah populasi komoditas tumpangsari ini umumnya merupakan jumlah tanaman pada lahan tumpangsari seluas 11 hektar.Berdasarkan dari pengalaman para petani, peningkatan jumlah tanaman tumpangsari ini membuat pertumbuhan tanaman menjadi lebih bagus dan meningkatkan hasil produksi masing-masing komoditas.
Tabel Ekofisiologi Tanaman |
Kebun Cijangkar telah mulai dikerjakan sejak tahun 2011 sehingga saat ini telah memasuki tahun ketiga dan telah beberapa kali memetik hasil panen komoditas tumpangsari. Saat ini tanaman utama/Sengon sudah memasuki umur 1 tahun. Seluruh tanaman Sengon tumbuh dengan baik dan bagus sehingga tidak terlihat adanya tanda-tanda ataupun gejala serangan hama dan penyakit. Harmoni Kebun Indonesia memiliki tenaga ahli yang sudah berpengalaman sehingga dapat mengupayakan segala cara pencegahan dan penanggulangan hal-hal yang tidak diinginkan pada tanaman.
Peta Orientasi Cijangkar |